This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 12 Mei 2024

ESAI KECIL : ASSESSMENT SCIENTIFIC ARGUMENTATION

 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh, Apa kabar teman2, semoga sehat selalu

Pada kesempatan kali ini kita akan mempelajari indikator asessment scientific argumentation, apa sajakah itu?

Yuk mari disimak



Share:

Jumat, 10 Mei 2024

ASSESSMENT SCIENTIFIC REASONING

 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi teman-teman semua. Semoga sehat selalu

Pada kesempatan ini kita akan mempelajari tentang Asessment Scientific Reasoning

Yuk, Mari disimak bersama

Makalah : Klik Disini

File Presentasi : Klik Disini

Video Presentasi : Klik Disini

Cek Plagiasi : Klik Disini

Share:

Jumat, 03 Mei 2024

ANALISIS ARTIKEL : Assessment Scientific Argumentation

 Judul Artikel : Enhancing scientific argumentation skill through partnership comprehensive literacy

Link Artikel : Klik Disini


ANALISIS ARTIKEL

Pendahuluan

Penelitian di dalam artikel ini berfokus pada penggunaan Keterampilan Membaca Literasi Komprehensif (PCL) sebagai strategi membaca untuk mendukung membaca dalam ilmu pengetahuan dan untuk mengeksplorasi tingkat argumen ilmiah siswa. Keterampilan Membaca Literasi Komprehensif (PCL) merupakan strategi membaca untuk meningkatkan kompetensi membaca. Ini digunakan untuk menyelidiki aktivitas siswa dalam konteks sebelum, selama, dan setelah membaca. PCL memiliki empat komponen: pernyataan konten, apa yang saya pikirkan, apa yang dikatakan teks, dan bukti dari teks. PCL memiliki beberapa manfaat. Pertama, itu dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman melalui verifikasi konsep. Kedua, ini memberikan kesempatan untuk membuat prediksi. Terakhir, itu dapat digunakan untuk belajar membenarkan temuan dan mendukung ide-ide. Ini berarti siswa dapat menyusun argumen yang layak setelah melakukan aktivitas membaca. Argumen yang dikembangkan adalah untuk membangun gagasan yang benar dan salah dalam memperkuat interpretasi dan menangani kesalahpahaman. PCL juga dapat menjadi alat potensial untuk mendukung keterampilan argumentasi ilmiah. Siswa diharapkan untuk menghubungkan pernyataan benar atau salah (klaim) yang terhubung dengan bukti dari teks. Ini menggambarkan bahwa aktivitas membaca dapat disusun untuk mendukung aktivitas lainnya.

Metode

Penelitian di dalam artikel ini menggunakan metode campuran untuk mengidentifikasi dan meningkatkan keterampilan argumentasi ilmiah siswa. Instrumen yang digunakan adalah kumpulan pertanyaan tentang listrik dan magnetisme. Selain itu, instrumen rubrik tingkat argumen yang berisi komponen argumen digunakan untuk menganalisis tingkat argumen ilmiah siswa. Peserta dalam penelitian ini adalah 40 mahasiswa perguruan tinggi terdiri dari 25 perempuan dan 15 laki-laki di jurusan pendidikan fisika yang mengambil mata kuliah dasar fisika.

Hasil

Berdasarkan data pada Tabel 1, mayoritas argumen ilmiah tertulis oleh siswa berada pada level 3. Pada level ini, siswa mengemukakan klaim, menyajikan bukti, dan menjelaskan hubungan antara bukti dan klaim dengan menggunakan penalaran. Proporsi siswa yang mencapai level ini mencapai lebih dari tiga perempat dari total siswa pada setiap tes terbuka. Sementara itu, jumlah siswa yang mencapai level 2 berkisar antara 7,5% hingga 25% dari jumlah keseluruhan. Pada level ini, siswa hanya menyajikan klaim yang didukung oleh satu bukti saja. Menariknya, hanya satu peserta yang mencapai level 4 dalam konteks sirkuit dc, sementara tidak ada yang mencapai level 1 dan level 5. Data pada Tabel 1 juga menunjukkan bahwa level 3 mendominasi tingkat argumen tertulis non-ilmiah, sementara hanya dua siswa yang mencapai level 2 dalam konteks tersebut






Peran PCL dalam mengembangkan tingkat argumentasi ilmiah dipengaruhi oleh keberadaan komponennya. Semua komponen membangun tujuan dan niat yang spesifik (misalnya, keyakinan dalam membaca) serta teks-teks kritis (misalnya, keyakinan dalam menulis) ketika siswa harus membaca, mencari, dan menganalisis bukti. Akibatnya, semua kegiatan dalam membaca ilmu pengetahuan yang difasilitasi melalui komponen-komponen ini membawa keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan argumen tertulis. Bahkan, tiga perempat siswa yang berkontribusi dalam mengembangkan argumen tertulis dapat mengajukan klaim-penalaran-bukti (CRE) secara ilmiah. Berdasarkan data ini, kita dapat menyimpulkan bahwa siswa berhasil memahami struktur argumen tertulis dan konsep fisika dalam teks-teks tersebut.


Diskusi serta Penarikan Kesimpulan

Penelitian di dalam artikel ini memberikan pemahaman baru tentang penggunaan PCL sebagai kegiatan epistemik dalam memfasilitasi dan memediasi perkembangan argumen ilmiah siswa. Pentingnya PCL dalam menyambung pemahaman konsep atau prinsip ilmiah dalam fisika sangat dibutuhkan untuk mengembangkan keterampilan argumentasi. Dengan kata lain, PCL mendorong siswa untuk belajar lebih lanjut karena metode PCL melibatkan siswa dalam membaca secara kritis, menafsirkan teks, dan mendukung serta membela klaim dengan bukti. Penelitian ini telah memberikan upaya penting tentang bagaimana menggunakan PCL dalam mengembangkan keterampilan argumentasi ilmiah. Penelitian ini berkontribusi pada metode alternatif bagi guru dan pendidik guru dalam strategi membaca untuk meningkatkan keterampilan argumentasi ilmiah siswa di kelas.

NOVELTY

Kebaruan di dalam artikel ini adalah  metode pengajaran untuk melihat tingkat penguasaan materi siswa melalui tingkat argumentasi ilmiah yang ditawarkan yaitu metode PCL .Selain itu, melalui metode PCL, guru dapat meningkatkan keterampilan argumentasi ilmiah mereka


Share:

ESAI KECIL : ASESMEN CREATIVITY

 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Apa kabar nya sahabat semua, semoga tetap semangat

Pada kali ini kita akan mempelajari siklus keterampilan berpikir kreatif, apa sajakah itu, mari kita bahas



Share:

Minggu, 28 April 2024

ANALISIS ARTIKEL : ASESMEN CREATIVITY

 Judul Artikel : Exploration of Creative Thinking Skills of Students in Physics Learning

Link Artikel : Klik Disini


ANALISIS ARTIKEL

Pendahuluan

Tujuan dari penelitian di dalam artikel ini adalah untuk menentukan kemampuan berpikir kreatif siswa sekolah menengah dalam pembelajaran fisika, serta mengetahui bentuk-bentuk penilaian kemampuan berpikir kreatif. Berdasarkan hasil wawancara awal dengan guru fisika di SMAN 6 Yogyakarta, disampaikan bahwa dalam pelajaran fisika, siswa tidak secara khusus diajarkan untuk berpikir kreatif. Namun, dalam pembelajaran fisika, siswa diminta untuk mengasah kemampuan berpikir mereka, termasuk berpikir kreatif. Sesuai dengan kebutuhan siswa pada abad ke-21, diharapkan siswa dapat menghasilkan ide-ide baru dan menerapkannya dengan cara yang kreatif, baik secara individu maupun dalam kelompok.

Kunci utama dalam melihat kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran terletak pada bentuk dan jenis tes yang digunakan. Penilaian pembelajaran memiliki peran penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa karena secara umum, kemampuan seseorang akan terlihat jika ada kegiatan penilaian yang bertujuan untuk menilai kemampuan tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas, dikatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif sangat penting dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.  Oleh karena itu, peneliti dalam artikel ini menganalisis tentang (1) Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran fisika di SMAN 6 Yogyakarta dan (2) Bentuk penilaian kemampuan berpikir kreatif yang sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran fisika di SMAN 6 Yogyakarta.

Metode

Jenis penelitian di dalam artikel ini adalah survei dengan metode lintas sektoral yang merupakan survei yang dilakukan sekali pada suatu waktu. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru fisika dari SMAN 6 Yogyakarta, dan 30 siswa kelas XI.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Convenience Sampling. Convenience Sampling mencakup orang-orang yang tersedia, relawan, atau dapat dengan mudah direkrut dalam sampel. Penggunaan teknik pengambilan sampel ini, sangat penting bagi peneliti untuk menggambarkan karakteristik orang-orang yang berpartisipasi dalam studi penelitian mereka. Observasi, wawancara, dan kuesioner digunakan sebagai teknik pengumpulan data. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif-kualitatif.

Hasil dan Diskusi


Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi adalah 13 orang dengan persentase sebesar 43,3%, sedangkan yang memiliki tingkat kreativitas sedang adalah 14 orang dengan persentase masing-masing sebesar 46,7%. Sementara sisanya berada pada tingkat kreativitas rendah, yaitu 3 orang dengan persentase sebesar 10%. Dari total 30 siswa, nilai tertinggi adalah 48 dan nilai terendah adalah 1.
Kemampuan berpikir kreatif selanjutnya ditinjau berdasarkan empat aspek kemampuan berpikir kreatif yang dikategorikan menjadi empat jenis berpikir, yaitu berpikir lancar, berpikir fleksibel, berpikir orisinal, dan berpikir elaboratif. Berdasarkan tabel 2, ditemukan bahwa untuk aspek kemampuan berpikir kreatif tinggi, yaitu berpikir fleksibel dengan nilai rata-rata sebesar 93, dan yang terendah adalah kemampuan berpikir lancar dengan rata-rata hanya 80. Untuk kemampuan berpikir secara orisinal dan kemampuan berpikir secara elaboratif memiliki nilai rata-rata yang sama, yaitu 84.

Kesimpulan
Kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MIA 1 di SMA Negeri 6 Yogyakarta dapat dikatakan cukup baik meskipun ada beberapa yang rendah. Karakteristik tertinggi adalah kemampuan berpikir fleksibel, sedangkan yang terendah adalah kemampuan berpikir lancar. Guru menggunakan berbagai jenis penilaian, termasuk tes hasil belajar dan penilaian produk, tanpa instrumen khusus untuk menilai kreativitas siswa. Guru lebih suka menggunakan penilaian non-tes karena dianggap lebih mampu melihat kreativitas siswa. Sebagai saran, guru perlu menggunakan Tes Berpikir Kreatif Torrance (TTCT) untuk menilai kreativitas siswa dengan lebih akurat.

NOVELTY
Kebaharuan di dalam artikel ini dinyatakan oleh peneliti pada bagian pendahuluan yaitu kemampuan berpikir kreatif sangat penting dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Meskipun telah banyak penelitian tentang berpikir kreatif, namun pengamatannya secara khusus dalam penerapan di sekolah, terutama dalam mata pelajaran fisika, masih terbatas




Share:

Jumat, 26 April 2024

ESAI KECIL : ASSESSMENT CRITICAL THINKING

 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh rekan2, pada kali ini kita akan belajar tentang karakteristik assessment critical thinking 

Apa saja kah itu???

Yuk kita pelajari



Share:

Minggu, 21 April 2024

ANALISIS ARTIKEL : ASESMEN CRITICAL THINKING

 Judul Artikel : Rubrics to assess critical thinking and information processing in undergraduate STEM courses

Link Artikel : Klik Disini


ANALISIS ARTIKEL

PENDAHULUAN

Hal melatarbelakangi penelitian di dalam artikel ini adalah keterampilan proses seperti berpikir kritis dan pemrosesan informasi sering menjadi tujuan dalam program gelar sarjana STEM, tetapi pengajar sering kali tidak mengevaluasi keterampilan ini secara eksplisit dalam mata kuliah mereka. Mahasiswa lebih mungkin mengembangkan keterampilan penting ini jika tujuan pembelajaran pengajar, tugas yang diberikan, dan alat penilaian yang digunakan sesuai satu sama lain. Penggunaan rubrik untuk setiap keterampilan proses dapat meningkatkan kesesuaian ini dengan menciptakan pemahaman bersama antara pengajar dan mahasiswa tentang keterampilan yang diharapkan. Selain itu, rubrik juga membantu pengajar dalam memeriksa praktik pengajarannya dalam mengembangkan keterampilan proses mahasiswa serta memberikan umpan balik kepada mahasiswa untuk mengetahui area yang perlu diperbaiki

Ujian saat ini yang sering  untuk menilai berpikir kritis adalah Critical Thinking Assessment Test (CAT). Rubrik untuk menilai berpikir kritis telah tersedia, namun belum digunakan untuk memberikan umpan balik kepada mahasiswa STEM tingkat sarjana dan juga tidak dirancang untuk hal tersebut. Rubrik Analitik Berpikir Kritis dirancang khusus untuk menilai siswa K-12 untuk meningkatkan kesiapan perguruan tinggi dan belum diuji secara luas dalam mata kuliah STEM perguruan tinggi.

METODE

Penelitian di dalam artikel  ini telah mendapatkan persetujuan Institutional Review Board sebelum pengumpulan data yang melibatkan subjek mahasiswa. Sumber data yang digunakan untuk membuat rubrik keterampilan proses dan menjawab pertanyaan penelitian ini adalah (1) literatur yang telah ditinjau oleh rekan sejawat tentang bagaimana setiap keterampilan didefinisikan, (2) umpan balik dari ahli konten dalam beberapa disiplin STEM melalui survei dan diskusi kelompok secara langsung mengenai kecocokan rubrik untuk setiap disiplin, (3) wawancara dengan mahasiswa yang pekerjaannya dinilai dengan rubrik dan asisten pengajar yang menilai pekerjaan mahasiswa, dan (4) hasil penerapan rubrik pada sampel pekerjaan mahasiswa.

Rubrik-rubrik yang dijelaskan di sini dan rubrik-rubrik lain yang dikembangkan oleh Proyek ELIPSS dimaksudkan untuk mengukur keterampilan proses, yang merupakan tujuan pembelajaran yang diinginkan yang diidentifikasi oleh komunitas STEM dalam laporan-laporan terbaru.


RESULT 

Rubrik keterampilan proses untuk mengevaluasi berpikir kritis dan pemrosesan informasi dalam tulisan mahasiswa telah diselesaikan setelah beberapa kali revisi berdasarkan masukan dari berbagai sumber. Masukan tersebut berasal dari instruktur yang mencoba rubrik tersebut di kelas mereka, asisten pengajar yang menilai pekerjaan mahasiswa dengan rubrik tersebut, dan mahasiswa yang dinilai dengan rubrik tersebut. Setiap rubrik memiliki kategori yang akan dibahas dalam hal bagaimana rubrik tersebut mengukur aspek-aspek penting dari keterampilan tersebut dan cara penggunaannya untuk menilai karya mahasiswa sarjana STEM. Diskusi tentang setiap kategori akan dimulai dengan penjelasan umum tentang kategori tersebut, diikuti dengan contoh-contoh spesifik dari kuliah laboratorium kimia organik dan kuliah fisika kimia untuk menunjukkan bagaimana rubrik tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi karya mahasiswa

Information processing rubric


Evaluating 
Mahasiswa mampu menunjukkan bukti dari proses evaluasi mereka dengan mengidentifikasi informasi yang ada dalam perintah/model, menunjukkan informasi mana yang relevan atau tidak relevan, dan menunjukkan mengapa informasi tersebut relevan
Interpreting 
Mahasiswa mampu menginterpretasikan informasi dengan menggunakan pengetahuan sebelumnya untuk menjelaskan makna sesuatu, membuat inferensi, mencocokkan data dengan prediksi, dan mengekstraksi pola dari data
Manipulating and transforming (extent and accuracy)
mahasiswa mampuuntuk mengubah dan mentransformasi informasi dari satu bentuk ke bentuk lainnya.  secara lengkap dan akurat . Misalnya, mahasiswa mungkin diminta untuk membuat gambar berdasarkan informasi tertulis, atau sebaliknya, mereka dapat mengubah informasi dalam gambar menjadi teks atau ekspresi matematika

Critical Thinking Rubric
Evaluating
Ketika menyelesaikan sebuah tugas, mahasiswa harus mengevaluasi relevansi informasi yang pada akhirnya akan mereka gunakan untuk mendukung klaim atau kesimpulan
Analyzing
Seiring dengan mengevaluasi informasi, mahasiswa juga perlu menganalisis informasi yang sama untuk mengekstraksi bukti yang bermakna untuk mendukung kesimpulan mereka.\
Synthesizing
Mahasiswa sering diminta untuk menyatukan beberapa informasi untuk membuat kesimpulan atau klaim. Menyintesis melibatkan mengidentifikasi hubungan antar informasi atau konsep, cara-cara menggabungkan informasi, dan menjelaskan bagaimana informasi yang disintesis digunakan untuk mendukung argumen.
Forming arguments (structure and validity)
Aspek kunci terakhir dari berpikir kritis adalah membentuk argumen yang terstruktur dengan baik dan valid

Conclusion
Dua rubrik dikembangkan untuk menilai kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis mahasiswa STEM. Hasil survei dan wawancara fakultas serta mahasiswa menunjukkan bahwa rubrik-rubrik tersebut dapat mengukur dengan tepat keterampilan proses yang diinginkan oleh instruktur dan dilakukan oleh mahasiswa. Skor yang tinggi dalam persetujuan antar penilai menunjukkan keakuratan rubrik. Secara keseluruhan, rubrik-rubrik ini dapat digunakan untuk memberikan umpan balik yang spesifik dan meningkatkan keselarasan antara harapan hasil dan penilaian, serta untuk meningkatkan keterampilan proses mahasiswa.

NOVELTY
Kebaharuan di dalam artikel ini adalah dikembangnya dua rubrik untuk menilai kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis mahasiswa terkait STEM dalam memproses informasi serta berpikir kritis



Share:

Labels

Blogger templates