This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 29 Februari 2024

ANALISIS ARTIKEL : TES DIAGNOSTIK MISKONSEPSI

 Judul Artikel    : Identification of   Physics   Misconceptions   Using   Five-tier Diagnostic Test: Newton’s Law of Gravitation Context



ANALISIS ARTIKEL

Latar Belakang
    Pemahaman siswa terhadap beberapa topik fisika masih rendah. Para guru hanya berfokus pada penyelesaian target kurikulum tanpa mempertimbangkan pemahaman siswa dan sebagian besar dari mereka memiliki miskonsepsi. Banyak miskonsepsi yang terjadi dalam pembelajaran fisika, termasuk dalam hukum gravitasi Newton. Sebagian siswa menganggap bahwa gaya gravitasi sama dengan percepatan gravitasi. Selanjutnya, berdasarkan observasi yang dilakukan di salah satu SMA di Sumatera Barat mengenai pelaksanaan pembelajaran fisika pada materi hukum gravitasi Newton, guru sudah menggunakan pendekatan saintifik, namun pada saat tanya jawab konsep fisika dan evaluasi ulangan harian beberapa siswa mengalami miskonsepsi.  Hasil wawancara dengan guru, beberapa siswa mungkin mengalami kesalahan konsep namun guru belum mengidentifikasi masalahnya secara detail. Nilai rata-rata ulangan harian siswa pada materi hukum gravitasi Newton adalah 39,5 yang lebih rendah dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75.  Salah satu penyebab awal rendahnya hasil belajar siswa adalah karena adanya miskonsepsi
    Oleh karena itu, penelitian di dalam artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa tentang konsep fisika menggunakan tes diagnostik lima tingkat.

Metode
Penelitian di dalam artikel ini menggunakan metode kuantitatif-deskriptif dengan jenis penelitian non-eksperimental, yaitu bentuk penelitian yang subjeknya tidak diberi perlakuan. Subjek dalam penelitian di dalam artikel  ini adalah 18 siswa di salah satu SMA di Sumatera Barat. Instrumen yang digunakan  telah divalidasi oleh para ahli, yaitu 97% pertanyaan dalam kategori sangat baik. Instrumen tersebut digunakan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai miskonsepsi siswa pada materi hukum gravitasi Newton.  Sebanyak 17 pertanyaan dalam materi ini dibagikan kepada siswa

Hasil dan Kesimpulan
    Di dalam artikel ini tes diagnostik lima tingkat terdiri dari 17 pertanyaan dalam materi hukum gravitasi Newton. Materi ini dibagi menjadi empat sub-konsep, yaitu gaya gravitasi antar partikel, pengaruh medan gravitasi terhadap percepatan gravitasi dan potensial gravitasi, hukum-hukum Kepler, dan percepatan gerak satelit. Sub konsep pertama terdapat pada soal nomor 1 sampai 7, sub konsep kedua terdapat pada soal nomor 8 sampai 12, sub konsep ketiga terdapat pada soal nomor 13 sampai 16, dan sub konsep keempat terdapat pada soal nomor 17. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel di bawah ini
    Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa memiliki miskonsepsi sebagai berikut: tarikan gravitasi hanya disebabkan oleh planet; tidak ada gaya gravitasi di ruang angkasa, dan arah gaya gravitasi ditentukan oleh arah tarikan gravitasi oleh beberapa benda; dua benda memiliki kekuatan gaya gravitasi yang berbeda; semua planet berputar mengelilingi satu sama lain, orbit tata surya berbentuk lingkaran sempurna, bentuk bumi adalah bulat, dan kekuatan medan gravitasi dipengaruhi oleh massa benda. Kesimpulannya, persentase miskonsepsi tertinggi terjadi pada pengaruh kuat medan gravitasi, yaitu sebesar 23%.
   Jadi kesimpulan di dalam artikel ini menyatakan bahwa instrumen tes diagnostik lima tingkat yang dikembangkan mampu mengidentifikasi miskonsepsi fisika siswa dan membantu guru dalam mendiagnosis pemahaman konsep fisika siswa.

NOVELTY
Kebaruan di dalam artikel ini dinyatakan oleh peneliti bahwasanya guru yang jarang memberikan tes diagnostik untuk mendeteksi miskonsepsi siswa. Mereka biasanya menggunakan pilihan ganda tanpa memperhatikan pemahaman konseptual siswa terkait topik yang diberikan. Oleh karena itu, salah satu instrumen yang dapat digunakan guru untuk mengidentifikasi miskonsepsi ini adalah tes diagnostik  lima tingkat dengan soal pilihan ganda 



Share:

Sabtu, 24 Februari 2024

ESAI KECIL : INSTRUMEN TES

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Pada kali ini kita akan mempelajari tentang instrumen tes, bagaimana sih ciri-ciri instrumen tes yang baik
Mari kita pelajari



Share:

Rabu, 21 Februari 2024

ANALISIS ARTIKEL : TES BERBANTUAN KOMPUTER

 Judul Artikel : Design of Computer-Based Testing for Higherorder Thinking Skills on Static Fluid Material

Link Artikel : https://drive.google.com/file/d/1aWbwpLxleqNWNA-q3N3qq5XQZjCwOsFM/view?usp=sharing

ANALISIS ARTIKEL

    Tujuan dari penelitian di dalam artikel ini adalah untuk mengembangkan model desain Computer Based Test (CBT) yang cocok untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) siswa pada materi fluida statis. Pengembangan CBT-HOTS dijadikan sebagai praktik (drill) yang diharapkan mampu membiasakan siswa dalam mengerjakan soal berbasis komputer. Desain penelitian ini berpedoman pada model pengembangan pembelajaran ADDIE dengan 5 tahap pengembangan, yaitu: tahap analisis, tahap perancangan produk awal, tahap pengembangan, produk tahap implementasi, dan tahap evaluasi produk (evaluation). 

    Berdasarkan analisis kebutuhan yang disebarkan kepada 12 orang guru di Provinsi Lampung, diperoleh data bahwa 100% guru setuju CBT dapat diterapkan dalam mengevaluasi pembelajaran untuk meminimalisir kecurangan siswa (kecurangan) dan mengoptimalkan waktu dalam mengoreksi dan memantau pemahaman siswa terhadap suatu Teori. . Namun, hanya 14% sekolah yang menggunakan tes berbasis komputer sebagai latihan. Responden menyatakan bahwa penggunaan CBT hanya untuk UN atau sebagai penilaian pembelajaran sehingga banyak siswa yang belum terbiasa dengan tes menggunakan komputer. Kemudian, tidak sedikit pula guru yang menyatakan bahwa soal HOTS belum diterapkan di sekolahnya karena kurangnya pemahaman guru terhadap soal HOTS. Jenis soal yang sering diterapkan guru adalah soal pilihan ganda dan tipe jawaban ganda

        Desain CBT-HOTS di dalam artikel ini adalah sebagai berikut



    Desain tersebut terdiri dari setting kuis, setting soal, desain waktu, dan desain beberapa jenis soal yang digunakan untuk menstimulasi HOTS siswa pada materi fluida statis. Pada pengaturan kuis, kita dapat mengatur tampilan pertanyaan dan mengirimkan jawaban pertanyaan. Soal akan disusun sedemikian rupa sehingga muncul secara acak dan pengajuan jawaban diperbolehkan setelah semua soal dikerjakan. Selanjutnya merancang pengaturan pertanyaan untuk mengatur umpan balik dan menentukan bobot setiap pertanyaan. Umpan balik akan diberikan setelah seluruh soal dikerjakan dan bobot penilaian ditetapkan berdasarkan tingkat kesulitan soal. Kemudian tampilan desain waktu menunjukkan sisa waktu dan jenis soal yang digunakan pada desain CBT-HOTS yaitu isian blanko, pencocokan, dan urutan pada item fluida statik. Stimulus yang digunakan pada item fluida statis berupa video, gambar bergerak dan gambar statis yang disusun berdasarkan dimensi pengetahuan seperti pengetahuan konseptual, pengetahuan faktual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif.

Kesimpulan dari hasil penelitian dalam artikel ini adalah rancangan model CBT tersebut cocok untuk merangsang HOTS siswa sesuai kebutuhan di lapangan. Desain itu yang dikembangkan meliputi desain ilustrasi soal, desain setting kuis, desain setting bertanya, dan desain stimulus untuk beberapa jenis pertanyaan yaitu mengisi bagian yang kosong, mencocokkan, dan berurutan.

Share:

Selasa, 20 Februari 2024

ANALISIS ARTIKEL : INSTRUMENT TEST

 Judul Artikel  : Developing Instruments to Measure Physics Problem Solving Ability and Nationalism of High School Student

Link Artikel : https://drive.google.com/file/d/1hXxtvd5zk67lupu4BDFIw6fLCrcd3LEF/view?usp=sharing


Analisis Artikel :

Tujuan di dalam artikel ini adalah untuk menghasilkan instrumen yang layak untuk diukur kemampuan memecahkan masalah fisika dan nasionalisme, dan  menentukan kualitas dari instrumen yang telah dikembangkan. Penelitian ini di dalam artikel ini dilakukan melalui empat tahapan, yaitu perancangan, persiapan tes, uji coba, dan persiapan instrumen yang valid. Instrumen yang dikembangkan adalah kemampuan pemecahan masalah fisika  instrumen tes terdiri dari 10 soal esai angka dan nasionalisme Kuesioner terdiri dari 35 item yang disusun dalam bentuk skala likert. 

    Penelitian dalam artikel ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif yang diberikan oleh delapan validator (ahli, guru fisika, dan peer reviewer), dan analisis validasi empiris. Validasi isi menunjukkan bahwa instrumen yang dikembangkan sudah valid kategori dengan nilai validitas 1,00 untuk setiap item pada kedua instrumen dikembangkan. Validasi empiris melibatkan 250 siswa SMA yang dipilih secara acak

Kesimpulan penelitian dalam artikel ini adalah: 

  1. Instrumen yang dikembangkan sudah valid kategori berdasarkan penilaian kualitatif dan kuantitatif dengan nilai validitas 1,00 in setiap item diukur. Oleh karena itu, layak untuk digunakan dalam pengujian. 
  2. Instrumen dikembangkan sesuai dengan Partial Credit Model (PCM). 
  3. Kedua instrumen yang dikembangkan dapat diandalkan 
  4. Instrumen mempunyai kriteria baik yang berarti dapat diterima untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah
Novelty :

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, masing-masing variabel dikembangkan secara terpisah, keduanya nasionalisme dan kemampuan memecahkan masalah. Hal ini juga berlaku untuk pengembangan instrumen evaluasi yang hanya mengukur nasionalisme atau kemampuan menghadapi masalah penyelesaian dalam satu proses pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian di dalam artikel ini mencoba menggabungkan beberapa hal penelitian sebelumnya untuk melihat implementasinya (kedua instrumen) dalam satu pembelajaran fisika proses. Oleh karena itu, di dalam artikel ini, peneliti mengembangkan instrumen yang valid untuk mengukur kemampuan soal pemecahan masalah dan sikap nasionalisme dalam proses pembelajaran fisika secara bersamaan
Share:

Sabtu, 17 Februari 2024

ESAI KECIL : AUTHENTIC ASSESSMENT

 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh teman2, pada kali ini kita akan mempelajari tentang Authentic Assessment (Penilaian Autentik), Apa sih perbedaan Penilaian Autentik dan Non Autentik??

Mari simak di bawah ini 😀



Share:

Minggu, 11 Februari 2024

REVIEW ARTIKEL : Authentic Assessment


 Judul Artikel    : PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TENTANG KONSEP DAN PRAKTIK PENILAIAN AUTENTIK DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA

Link Artikel      :  https://drive.google.com/file/d/1kj-mYhdeHd8JmAnFvfFxt8uogvYSzYS5/view?usp=sharing   


ANALISIS ARTIKEL :

Hal melatarbelakangi masalah di dalam artikel ini dikarenakan pentingnya untuk menciptakan dan memahami penilaian autentik beserta dengan praktiknya, untuk memberikan akomodasi perkembangan pembelajaran yang lebih baik tehadap peserta didik, sehingga dengan konsep pembelajaran merdeka tersebut peserta didik dimungkinkan terpenuhi minat, bakat dan potensi yang dimilikinya tanpa terisolasi secara individual.Penilaian  autentik  menghendaki  untuk  membuat  pola  penilaian  yang  komprehensif, sehingga  dalam  pelaksanaannya  seorang  pendidik  tidak  hanya  berfokus  terhadap  perkembangan kognitif semata, akan tetapi bagaimana menganalisis perkembangan sikap dan keterampilan yang melekat  dalam  diri  peserta  didik, serta pentingnya untuk menganalisis dan memahami bagaimana kompetensi pedagogik guru dalam proses pembelajaran, sehingga dengan kemampuan tersebut guru mampu untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik. Adapun keberadaan kurikulum merdeka harus dijadikan sebagai alat bagi para guru, untuk mampu mendesain dan memformulasikan penilaian autentik terhadap proses, hasil dan evaluasi peserta didik. Oleh karena itu, peneliti di dalam artikel ini  mengangkat masalah ini dalam pengabdian kepada masyarakat di Kabupaten Kuningan Jawa Barat, dengan adanya pengabdian ini dimungkinkan menjadi bahan reflektif, evaluatif dan solustif bagi kemajuan pendidikan masa depan. Dengan demikian, akan menjadi tepat sasaran apabila pengabdian ini difokuskan untuk peningkatan kompetensi pedagogik guru tentang konsep dan praktik dalam implementasi kurikulum merdeka.

Metode yang digunakan di dalam artikel ini adalah workshop secara daring dan pendampingan secara luring dalam memahami konsep dan praktik penilaian autentik yang diperuntukkan bagi guru-guru di daerah pengabdian masyarakat yang ditetapkan. Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:

  1. Penyampaian materi secara daring tentang konsep penilaian autentik yang meliputi tujuan, karakteristik, prinsip penilaian autentik, model instrumen penilaian dan pengembangan rubriknya. Kegiatan dilakukan secara daring, mengingat khalayak sasaran adalah guru-guru di SD dan SMP di wilayah sasaran.
  2. Penugasan penyusunan instrumen penilaian autentik pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor untuk evaluasi formatif dan sumatif. Kegiatan ini dilakukan secara daring agar tidak mengganggu proses belajar mengajar yang dilakukan guru.
  3. Pendampingan (workshop), pengamatan langsung di lapangan dan evaluasi hasil yangdilakukan bersama tim pengabdian kepada masyarakat untuk menilai daya serap dan semangat peserta selama kegiatan berlangsung. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan mereka dalam menyerap materi yang disampaikan. Kegiatan ini dilakukan secara tatap muka langsung di lokasi khalayak sasaran.

Dalam kegiatan di dalam artikel ini bagian "Penugasan Penyusunan Instrumen Penilaian Autentik" yang dilakukan secara daring diperoleh bahwa pemahaman tentang penilaian autentiknya mencapai 29,39%, penyusunan indikator/kisi-kisi penilaian autentik mencapai 22.05% dan penyusunan rubrik soal autentik mencapai 26,12%, sehingga dengan mendasarkan kriteria dan perhitungan SPSS guru di Kabupaten Kuningan telah memahami dan menggunakan proses penilaian autentik dengan baik. 

Dengan mengacu terhadap hasil pengabdian yang dilakukan terhadap guru-guru di Kabupaten Kuningan, menunjukan guru telah memahami dan menguasai bagaimana konsep penilaian autentik. Adapun dalam praktek penyusunannya, guru memiliki skala nilai tinggi, bukti tersebut ditunjukan melalui hasil instrumen kuesioner yang dibuat oleh tim pengabdian. Dengan demikian, dimana hasil tersebut dalam konteks pemahaman penilaian autentik guru memiliki skor 29,39%, penyusunan indikator/kisi-kisi penilaian autentik 22,05% dan penyusunan rubrik soal autentik 26,12%. Oleh karena itu, nilai itu di dapatkan berdasarkan hasil kriteria yang telah disusun oleh tim pengabdian yang dilakukan di Kabupaten Kuningan.

Oleh karena itu kesimpulan di dalam artikel ini adalah pengabdian terhadap guru di Kabupaten Kuningan ditanggapi secara antusias, karena dengan adanya kegiatan pengabdian ini guru-guru menjadi terlatih dan menambah wawasan dalam dirinya khususnya, umumnya berguna bagi kemaslahatan dunia pendidikan, sehingga guru mampu untuk mengembangkan kreatifitas dirinya dalam mengembangkan berbagai bentuk penilaian autentik.

NOVELTY

Novelty di dalam artikel ini berupa metode yang dilaksanakan yaitu metode berbasis pada pemahaman konsep dan praktik langsung, dengan memakai metode workshop secara daring dan pendampingan secara luring dalam memahami konsep dan praktik penilaian autentik yang diperuntukkan bagi guru-guru di daerah pengabdian masyarakat yang ditetapkan.



Share:

Labels

Blogger templates