This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 12 Mei 2024

ESAI KECIL : ASSESSMENT SCIENTIFIC ARGUMENTATION

 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh, Apa kabar teman2, semoga sehat selalu

Pada kesempatan kali ini kita akan mempelajari indikator asessment scientific argumentation, apa sajakah itu?

Yuk mari disimak



Share:

Jumat, 10 Mei 2024

ASSESSMENT SCIENTIFIC REASONING

 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi teman-teman semua. Semoga sehat selalu

Pada kesempatan ini kita akan mempelajari tentang Asessment Scientific Reasoning

Yuk, Mari disimak bersama

Makalah : Klik Disini

File Presentasi : Klik Disini

Video Presentasi : Klik Disini

Cek Plagiasi : Klik Disini

Share:

Jumat, 03 Mei 2024

ANALISIS ARTIKEL : Assessment Scientific Argumentation

 Judul Artikel : Enhancing scientific argumentation skill through partnership comprehensive literacy

Link Artikel : Klik Disini


ANALISIS ARTIKEL

Pendahuluan

Penelitian di dalam artikel ini berfokus pada penggunaan Keterampilan Membaca Literasi Komprehensif (PCL) sebagai strategi membaca untuk mendukung membaca dalam ilmu pengetahuan dan untuk mengeksplorasi tingkat argumen ilmiah siswa. Keterampilan Membaca Literasi Komprehensif (PCL) merupakan strategi membaca untuk meningkatkan kompetensi membaca. Ini digunakan untuk menyelidiki aktivitas siswa dalam konteks sebelum, selama, dan setelah membaca. PCL memiliki empat komponen: pernyataan konten, apa yang saya pikirkan, apa yang dikatakan teks, dan bukti dari teks. PCL memiliki beberapa manfaat. Pertama, itu dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman melalui verifikasi konsep. Kedua, ini memberikan kesempatan untuk membuat prediksi. Terakhir, itu dapat digunakan untuk belajar membenarkan temuan dan mendukung ide-ide. Ini berarti siswa dapat menyusun argumen yang layak setelah melakukan aktivitas membaca. Argumen yang dikembangkan adalah untuk membangun gagasan yang benar dan salah dalam memperkuat interpretasi dan menangani kesalahpahaman. PCL juga dapat menjadi alat potensial untuk mendukung keterampilan argumentasi ilmiah. Siswa diharapkan untuk menghubungkan pernyataan benar atau salah (klaim) yang terhubung dengan bukti dari teks. Ini menggambarkan bahwa aktivitas membaca dapat disusun untuk mendukung aktivitas lainnya.

Metode

Penelitian di dalam artikel ini menggunakan metode campuran untuk mengidentifikasi dan meningkatkan keterampilan argumentasi ilmiah siswa. Instrumen yang digunakan adalah kumpulan pertanyaan tentang listrik dan magnetisme. Selain itu, instrumen rubrik tingkat argumen yang berisi komponen argumen digunakan untuk menganalisis tingkat argumen ilmiah siswa. Peserta dalam penelitian ini adalah 40 mahasiswa perguruan tinggi terdiri dari 25 perempuan dan 15 laki-laki di jurusan pendidikan fisika yang mengambil mata kuliah dasar fisika.

Hasil

Berdasarkan data pada Tabel 1, mayoritas argumen ilmiah tertulis oleh siswa berada pada level 3. Pada level ini, siswa mengemukakan klaim, menyajikan bukti, dan menjelaskan hubungan antara bukti dan klaim dengan menggunakan penalaran. Proporsi siswa yang mencapai level ini mencapai lebih dari tiga perempat dari total siswa pada setiap tes terbuka. Sementara itu, jumlah siswa yang mencapai level 2 berkisar antara 7,5% hingga 25% dari jumlah keseluruhan. Pada level ini, siswa hanya menyajikan klaim yang didukung oleh satu bukti saja. Menariknya, hanya satu peserta yang mencapai level 4 dalam konteks sirkuit dc, sementara tidak ada yang mencapai level 1 dan level 5. Data pada Tabel 1 juga menunjukkan bahwa level 3 mendominasi tingkat argumen tertulis non-ilmiah, sementara hanya dua siswa yang mencapai level 2 dalam konteks tersebut






Peran PCL dalam mengembangkan tingkat argumentasi ilmiah dipengaruhi oleh keberadaan komponennya. Semua komponen membangun tujuan dan niat yang spesifik (misalnya, keyakinan dalam membaca) serta teks-teks kritis (misalnya, keyakinan dalam menulis) ketika siswa harus membaca, mencari, dan menganalisis bukti. Akibatnya, semua kegiatan dalam membaca ilmu pengetahuan yang difasilitasi melalui komponen-komponen ini membawa keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan argumen tertulis. Bahkan, tiga perempat siswa yang berkontribusi dalam mengembangkan argumen tertulis dapat mengajukan klaim-penalaran-bukti (CRE) secara ilmiah. Berdasarkan data ini, kita dapat menyimpulkan bahwa siswa berhasil memahami struktur argumen tertulis dan konsep fisika dalam teks-teks tersebut.


Diskusi serta Penarikan Kesimpulan

Penelitian di dalam artikel ini memberikan pemahaman baru tentang penggunaan PCL sebagai kegiatan epistemik dalam memfasilitasi dan memediasi perkembangan argumen ilmiah siswa. Pentingnya PCL dalam menyambung pemahaman konsep atau prinsip ilmiah dalam fisika sangat dibutuhkan untuk mengembangkan keterampilan argumentasi. Dengan kata lain, PCL mendorong siswa untuk belajar lebih lanjut karena metode PCL melibatkan siswa dalam membaca secara kritis, menafsirkan teks, dan mendukung serta membela klaim dengan bukti. Penelitian ini telah memberikan upaya penting tentang bagaimana menggunakan PCL dalam mengembangkan keterampilan argumentasi ilmiah. Penelitian ini berkontribusi pada metode alternatif bagi guru dan pendidik guru dalam strategi membaca untuk meningkatkan keterampilan argumentasi ilmiah siswa di kelas.

NOVELTY

Kebaruan di dalam artikel ini adalah  metode pengajaran untuk melihat tingkat penguasaan materi siswa melalui tingkat argumentasi ilmiah yang ditawarkan yaitu metode PCL .Selain itu, melalui metode PCL, guru dapat meningkatkan keterampilan argumentasi ilmiah mereka


Share:

ESAI KECIL : ASESMEN CREATIVITY

 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Apa kabar nya sahabat semua, semoga tetap semangat

Pada kali ini kita akan mempelajari siklus keterampilan berpikir kreatif, apa sajakah itu, mari kita bahas



Share:

Minggu, 28 April 2024

ANALISIS ARTIKEL : ASESMEN CREATIVITY

 Judul Artikel : Exploration of Creative Thinking Skills of Students in Physics Learning

Link Artikel : Klik Disini


ANALISIS ARTIKEL

Pendahuluan

Tujuan dari penelitian di dalam artikel ini adalah untuk menentukan kemampuan berpikir kreatif siswa sekolah menengah dalam pembelajaran fisika, serta mengetahui bentuk-bentuk penilaian kemampuan berpikir kreatif. Berdasarkan hasil wawancara awal dengan guru fisika di SMAN 6 Yogyakarta, disampaikan bahwa dalam pelajaran fisika, siswa tidak secara khusus diajarkan untuk berpikir kreatif. Namun, dalam pembelajaran fisika, siswa diminta untuk mengasah kemampuan berpikir mereka, termasuk berpikir kreatif. Sesuai dengan kebutuhan siswa pada abad ke-21, diharapkan siswa dapat menghasilkan ide-ide baru dan menerapkannya dengan cara yang kreatif, baik secara individu maupun dalam kelompok.

Kunci utama dalam melihat kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran terletak pada bentuk dan jenis tes yang digunakan. Penilaian pembelajaran memiliki peran penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa karena secara umum, kemampuan seseorang akan terlihat jika ada kegiatan penilaian yang bertujuan untuk menilai kemampuan tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas, dikatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif sangat penting dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.  Oleh karena itu, peneliti dalam artikel ini menganalisis tentang (1) Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran fisika di SMAN 6 Yogyakarta dan (2) Bentuk penilaian kemampuan berpikir kreatif yang sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran fisika di SMAN 6 Yogyakarta.

Metode

Jenis penelitian di dalam artikel ini adalah survei dengan metode lintas sektoral yang merupakan survei yang dilakukan sekali pada suatu waktu. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru fisika dari SMAN 6 Yogyakarta, dan 30 siswa kelas XI.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Convenience Sampling. Convenience Sampling mencakup orang-orang yang tersedia, relawan, atau dapat dengan mudah direkrut dalam sampel. Penggunaan teknik pengambilan sampel ini, sangat penting bagi peneliti untuk menggambarkan karakteristik orang-orang yang berpartisipasi dalam studi penelitian mereka. Observasi, wawancara, dan kuesioner digunakan sebagai teknik pengumpulan data. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif-kualitatif.

Hasil dan Diskusi


Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi adalah 13 orang dengan persentase sebesar 43,3%, sedangkan yang memiliki tingkat kreativitas sedang adalah 14 orang dengan persentase masing-masing sebesar 46,7%. Sementara sisanya berada pada tingkat kreativitas rendah, yaitu 3 orang dengan persentase sebesar 10%. Dari total 30 siswa, nilai tertinggi adalah 48 dan nilai terendah adalah 1.
Kemampuan berpikir kreatif selanjutnya ditinjau berdasarkan empat aspek kemampuan berpikir kreatif yang dikategorikan menjadi empat jenis berpikir, yaitu berpikir lancar, berpikir fleksibel, berpikir orisinal, dan berpikir elaboratif. Berdasarkan tabel 2, ditemukan bahwa untuk aspek kemampuan berpikir kreatif tinggi, yaitu berpikir fleksibel dengan nilai rata-rata sebesar 93, dan yang terendah adalah kemampuan berpikir lancar dengan rata-rata hanya 80. Untuk kemampuan berpikir secara orisinal dan kemampuan berpikir secara elaboratif memiliki nilai rata-rata yang sama, yaitu 84.

Kesimpulan
Kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MIA 1 di SMA Negeri 6 Yogyakarta dapat dikatakan cukup baik meskipun ada beberapa yang rendah. Karakteristik tertinggi adalah kemampuan berpikir fleksibel, sedangkan yang terendah adalah kemampuan berpikir lancar. Guru menggunakan berbagai jenis penilaian, termasuk tes hasil belajar dan penilaian produk, tanpa instrumen khusus untuk menilai kreativitas siswa. Guru lebih suka menggunakan penilaian non-tes karena dianggap lebih mampu melihat kreativitas siswa. Sebagai saran, guru perlu menggunakan Tes Berpikir Kreatif Torrance (TTCT) untuk menilai kreativitas siswa dengan lebih akurat.

NOVELTY
Kebaharuan di dalam artikel ini dinyatakan oleh peneliti pada bagian pendahuluan yaitu kemampuan berpikir kreatif sangat penting dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Meskipun telah banyak penelitian tentang berpikir kreatif, namun pengamatannya secara khusus dalam penerapan di sekolah, terutama dalam mata pelajaran fisika, masih terbatas




Share:

Jumat, 26 April 2024

ESAI KECIL : ASSESSMENT CRITICAL THINKING

 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh rekan2, pada kali ini kita akan belajar tentang karakteristik assessment critical thinking 

Apa saja kah itu???

Yuk kita pelajari



Share:

Minggu, 21 April 2024

ANALISIS ARTIKEL : ASESMEN CRITICAL THINKING

 Judul Artikel : Rubrics to assess critical thinking and information processing in undergraduate STEM courses

Link Artikel : Klik Disini


ANALISIS ARTIKEL

PENDAHULUAN

Hal melatarbelakangi penelitian di dalam artikel ini adalah keterampilan proses seperti berpikir kritis dan pemrosesan informasi sering menjadi tujuan dalam program gelar sarjana STEM, tetapi pengajar sering kali tidak mengevaluasi keterampilan ini secara eksplisit dalam mata kuliah mereka. Mahasiswa lebih mungkin mengembangkan keterampilan penting ini jika tujuan pembelajaran pengajar, tugas yang diberikan, dan alat penilaian yang digunakan sesuai satu sama lain. Penggunaan rubrik untuk setiap keterampilan proses dapat meningkatkan kesesuaian ini dengan menciptakan pemahaman bersama antara pengajar dan mahasiswa tentang keterampilan yang diharapkan. Selain itu, rubrik juga membantu pengajar dalam memeriksa praktik pengajarannya dalam mengembangkan keterampilan proses mahasiswa serta memberikan umpan balik kepada mahasiswa untuk mengetahui area yang perlu diperbaiki

Ujian saat ini yang sering  untuk menilai berpikir kritis adalah Critical Thinking Assessment Test (CAT). Rubrik untuk menilai berpikir kritis telah tersedia, namun belum digunakan untuk memberikan umpan balik kepada mahasiswa STEM tingkat sarjana dan juga tidak dirancang untuk hal tersebut. Rubrik Analitik Berpikir Kritis dirancang khusus untuk menilai siswa K-12 untuk meningkatkan kesiapan perguruan tinggi dan belum diuji secara luas dalam mata kuliah STEM perguruan tinggi.

METODE

Penelitian di dalam artikel  ini telah mendapatkan persetujuan Institutional Review Board sebelum pengumpulan data yang melibatkan subjek mahasiswa. Sumber data yang digunakan untuk membuat rubrik keterampilan proses dan menjawab pertanyaan penelitian ini adalah (1) literatur yang telah ditinjau oleh rekan sejawat tentang bagaimana setiap keterampilan didefinisikan, (2) umpan balik dari ahli konten dalam beberapa disiplin STEM melalui survei dan diskusi kelompok secara langsung mengenai kecocokan rubrik untuk setiap disiplin, (3) wawancara dengan mahasiswa yang pekerjaannya dinilai dengan rubrik dan asisten pengajar yang menilai pekerjaan mahasiswa, dan (4) hasil penerapan rubrik pada sampel pekerjaan mahasiswa.

Rubrik-rubrik yang dijelaskan di sini dan rubrik-rubrik lain yang dikembangkan oleh Proyek ELIPSS dimaksudkan untuk mengukur keterampilan proses, yang merupakan tujuan pembelajaran yang diinginkan yang diidentifikasi oleh komunitas STEM dalam laporan-laporan terbaru.


RESULT 

Rubrik keterampilan proses untuk mengevaluasi berpikir kritis dan pemrosesan informasi dalam tulisan mahasiswa telah diselesaikan setelah beberapa kali revisi berdasarkan masukan dari berbagai sumber. Masukan tersebut berasal dari instruktur yang mencoba rubrik tersebut di kelas mereka, asisten pengajar yang menilai pekerjaan mahasiswa dengan rubrik tersebut, dan mahasiswa yang dinilai dengan rubrik tersebut. Setiap rubrik memiliki kategori yang akan dibahas dalam hal bagaimana rubrik tersebut mengukur aspek-aspek penting dari keterampilan tersebut dan cara penggunaannya untuk menilai karya mahasiswa sarjana STEM. Diskusi tentang setiap kategori akan dimulai dengan penjelasan umum tentang kategori tersebut, diikuti dengan contoh-contoh spesifik dari kuliah laboratorium kimia organik dan kuliah fisika kimia untuk menunjukkan bagaimana rubrik tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi karya mahasiswa

Information processing rubric


Evaluating 
Mahasiswa mampu menunjukkan bukti dari proses evaluasi mereka dengan mengidentifikasi informasi yang ada dalam perintah/model, menunjukkan informasi mana yang relevan atau tidak relevan, dan menunjukkan mengapa informasi tersebut relevan
Interpreting 
Mahasiswa mampu menginterpretasikan informasi dengan menggunakan pengetahuan sebelumnya untuk menjelaskan makna sesuatu, membuat inferensi, mencocokkan data dengan prediksi, dan mengekstraksi pola dari data
Manipulating and transforming (extent and accuracy)
mahasiswa mampuuntuk mengubah dan mentransformasi informasi dari satu bentuk ke bentuk lainnya.  secara lengkap dan akurat . Misalnya, mahasiswa mungkin diminta untuk membuat gambar berdasarkan informasi tertulis, atau sebaliknya, mereka dapat mengubah informasi dalam gambar menjadi teks atau ekspresi matematika

Critical Thinking Rubric
Evaluating
Ketika menyelesaikan sebuah tugas, mahasiswa harus mengevaluasi relevansi informasi yang pada akhirnya akan mereka gunakan untuk mendukung klaim atau kesimpulan
Analyzing
Seiring dengan mengevaluasi informasi, mahasiswa juga perlu menganalisis informasi yang sama untuk mengekstraksi bukti yang bermakna untuk mendukung kesimpulan mereka.\
Synthesizing
Mahasiswa sering diminta untuk menyatukan beberapa informasi untuk membuat kesimpulan atau klaim. Menyintesis melibatkan mengidentifikasi hubungan antar informasi atau konsep, cara-cara menggabungkan informasi, dan menjelaskan bagaimana informasi yang disintesis digunakan untuk mendukung argumen.
Forming arguments (structure and validity)
Aspek kunci terakhir dari berpikir kritis adalah membentuk argumen yang terstruktur dengan baik dan valid

Conclusion
Dua rubrik dikembangkan untuk menilai kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis mahasiswa STEM. Hasil survei dan wawancara fakultas serta mahasiswa menunjukkan bahwa rubrik-rubrik tersebut dapat mengukur dengan tepat keterampilan proses yang diinginkan oleh instruktur dan dilakukan oleh mahasiswa. Skor yang tinggi dalam persetujuan antar penilai menunjukkan keakuratan rubrik. Secara keseluruhan, rubrik-rubrik ini dapat digunakan untuk memberikan umpan balik yang spesifik dan meningkatkan keselarasan antara harapan hasil dan penilaian, serta untuk meningkatkan keterampilan proses mahasiswa.

NOVELTY
Kebaharuan di dalam artikel ini adalah dikembangnya dua rubrik untuk menilai kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis mahasiswa terkait STEM dalam memproses informasi serta berpikir kritis



Share:

ESAI KECIL : ASESMEN PROBLEM SOLVING

 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Teman-teman, apa kabarnya, Semoga sehat dan semangat selalu, pada kesempatan ini kita mempelajari tentang asesmen problem solving, 

Bagaimana langkah-langkah pada Asesmen Problem Solving
Yuk Simak di bawah ini 




Share:

Senin, 15 April 2024

ESAI KECIL : ASESSMEN MISKONSEPSI FISIKA

 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatu, Selamat Pagi teman-teman, semoga sehat selalu
Pada kali ini kita akan mempelajari tentang  asesmen miskonsepsi fisika, apa kah itu?
Yuk Mari Kita Bahas :)



Share:

ANALISIS ARTIKEL : ASSESSMENT PROBLEM SOLVING

 Judul Artikel : Analysis of understanding of physics concepts throughproblem solving units review in free fall motion materials

Link Artikel : Kilk


ANALISIS ARTIKEL

PENDAHULUAN

Hal yang melatarbelakangi penelitian di dalam artikel ini adalah masih banyak siswa yang menyelesaikan masalah/mengerjakan pertanyaan fisika dengan sering menggunakan persamaan matematika tanpa melakukan analisis, menebak rumus yang digunakan, dan menghafal contoh pertanyaan yang telah diselesaikan untuk mengerjakan pertanyaan lain.Ada beberapa faktor yang memengaruhi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang lemah, yaitu: siswa tidak dapat menyelesaikan masalah termasuk kurangnya praktikum di laboratorium, kebingungan tentang penulisan konversi unit, kurangnya buku fisika yang digunakan sebagai referensi. Kurangnya keterampilan dalam memecahkan masalah termasuk pemahaman yang lemah terhadap prinsip-prinsip dan aturan fisika, kurangnya pemahaman terhadap masalah, dan kurangnya motivasi dari siswa. Dalam masalah fisika tentang gerak jatuh bebas, penting bagi siswa untuk memahami konsep pemecahan masalah. Ini tidak hanya tentang menghafal rumus, tapi juga tentang memahami unit. Siswa sering kesulitan dalam mengonversi unit dan menganalisis angka saat menjawab pertanyaan terkait. Implikasi bagi mata pelajaran sains dibahas dalam artikel ini, yang bertujuan untuk menjelaskan bagaimana siswa memahami konsep melalui pemecahan masalah terkait unit dalam gerak jatuh bebas.

METODE

Penelitian di dalam artikel ini merupakan merupakan penelitian survei yang dilakukan terhadap 19 mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Tamansiswa, Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Fisika tingkat tiga. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.serta disajikan dua pertanyaan dalam bentuk esay


Tahapan pemecahan masalah yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari 5 indikator. yaitu useful description, physicsapproach, specific application of physics, mathematical pro-cedure dan logical progression. 


Hasil dari data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan rubrik problem solving assessment


HASIL DAN DISKUSI

Hasil dari penelitian di dalam artikel ini diperoleh bahwa analisis pemahaman konsep dan pemecahan masalah fisika dari tinjauan unit oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika UST ditampilkan dalam gambar di bawah ini. Representasi analisis pemahaman konsep melalui pemecahan masalah ditunjukkan dalam gambar 1. Dalam gambar 1, diamati bahwa pemahaman konsep melalui pemecahan masalah tinjauan unit memiliki persentase tertinggi dalam kategori sedang. Ini berarti bahwa kemampuan untuk memahami konsep melalui pemecahan masalah bagi mahasiswa pendidikan fisika UST berada dalam kategori sedang. 


Sedangkan pada gambar 2 ditunjukkan hasil  bahwa kecenderungan mahasiswa Pendidikan Fisika yang memiliki kemampuan rendah dalam memahami konsep juga memiliki kemampuan rendah dalam memecahkan masalah 


Hal ini berarti bahwa siswa belum mampu memilih konsep dan prinsip fisika yang tepat untuk digunakan dalam memecahkan masalah pada materi Gerak Jatuh Bebas melalui tinjauan unit, tidak mampu mengaplikasikan konsep dan prinsip fisika pada kondisi tertentu dalam sebuah masalah tentang materi gerak jatuh bebas, dan juga masih memprioritaskan konsistensi untuk selalu menggunakan rumus dalam memecahkan masalah fisika. 
Banyak siswa dalam memecahkan masalah atau mengerjakan pertanyaan fisika cenderung hanya mengandalkan persamaan matematika tanpa benar-benar menganalisis masalahnya. Mereka cenderung menebak-nebak rumus yang digunakan dan mengandalkan hafalan contoh-contoh soal yang sudah dikerjakan sebelumnya untuk mengerjakan soal-soal lainnya. Kelebihan dari penelitian ini adalah bahwa peneliti belum menemukan solusi untuk masalah ini melalui cara memeriksa ulang konsep fisika. Namun, dalam memecahkan masalah fisika, khususnya dalam materi gerak jatuh bebas, peneliti menyarankan agar konsep tentang unit bisa membantu. 
Kelemahan dari penelitian di dalam artikel ini adalah bahwa penelitian hanya mencapai tahap survei, artinya belum ada langkah selanjutnya untuk mengatasi masalah tersebut

KESIMPULAN

Analisis pemahaman konsep mahasiswa pendidikan fisika melalui pemecahan masalah tinjauan unit dalam materi jatuh bebas menunjukkan persentase tertinggi berada dalam kategori sedang. Namun, pada indikator pemecahan masalah (useful description, physicsapproach, specific application of physics, mathematical pro-cedure dan logical progression), kemampuan siswa berada dalam kategori rendah.

NOVELTHY

Tidak terlalu spesifik kebaruan dari artikel ini, akan tetapi artikel ini membahas tentang miskonsepsi mahasiswa pada materi gerak jatuh bebas dengan menggunakan dua soal essai dan hanya mencapai tahap survei






Share:

Minggu, 31 Maret 2024

ANALISIS ARTIKEL : ASESMEN MISKONSEPSI FISIKA

 Judul Artikel : Sex and Grade Issues in Influencing Misconceptions about Force and Laws of Motion: An Application of Cognitively Diagnostic Assessment

Link Artikel : https://drive.google.com/file/d/1X4L3t0PYL-dbaX_NBiJEf9KClqwxcGtw/view?usp=sharing





ANALISIS ARTIKEL

PENDAHULUAN

Di dalam artikel ini menjelaskan bahwasanya konsep gaya dan hukum gerak adalah konsep kunci dalam pembelajaran mekanika dan pemahaman konsep-konsep fisika lain yang kompleks. Jika siswa memiliki pemahaman yang salah tentang konsep ini, pembelajaran mekanika akan kehilangan makna, yang dapat mengakibatkan kegagalan dalam pembelajaran fisika. Jenis kelamin dan tingkat kelas mungkin mempengaruhi pemahaman salah siswa. Latar belakang siswa, seperti jenis kelamin dan tingkat kelas, bisa memengaruhi pemahaman fisika mereka. Namun, ada perbedaan pendapat dalam penelitian tentang bagaimana hal ini memengaruhi kesalahpahaman mereka. Beberapa penelitian menemukan bahwa siswa laki-laki cenderung memiliki lebih sedikit kesalahpahaman daripada siswa perempuan, baik di sekolah menengah maupun universitas. Namun, ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam hal kesalahpahaman. Selain itu, beberapa penelitian menemukan bahwa mahasiswa universitas yang lebih tinggi tingkatnya memiliki lebih sedikit kesalahpahaman tentang fisika daripada mahasiswa tingkat yang lebih rendah. Meskipun begitu, ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam tingkat kesalahpahaman antara siswa SMA dari berbagai kelompok usia. Intinya, semua siswa memiliki kesalahpahaman yang serupa tentang fisika, terlepas dari usia atau jenis kelamin mereka.

METODE

Peserta adalah 522 siswa SMA di empat sekolah negeri di Bangkok, Thailand. Enam ratus siswa SMA diacak menggunakan metode multistage random sampling. Namun, hanya 522 peserta yang memberikan persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dan menyelesaikan semua item dalam tes diagnostik untuk kesalahpahaman tentang gaya dan hukum gerak dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) tes diagnostik untuk kesalahpahaman tentang gaya dan hukum gerak, dan (2) rubrik penilaian yang digunakan untuk menilai respon item peserta dalam tes diagnostik.


HASIL TEMUAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase siswa SMA yang memiliki kesalahpahaman tinggi untuk keenam atribut tersebut. Terdapat perbedaan signifikan dalam proporsi siswa laki-laki dan perempuan yang memiliki kesalahpahaman tentang gaya resultan. Selain itu, terdapat perbedaan signifikan dalam proporsi siswa dari tingkat kelas yang berbeda yang memiliki kesalahpahaman tentang gaya resultan dan hukum gerak Newton kedua. Temuan penelitian menyarankan guru untuk mengembangkan program remedial untuk memperbaiki kesalahpahaman siswa SMA tentang gaya dan hukum gerak untuk keenam atribut tersebut.


KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian di dalam artikel ini diambil dari tujuan dilakukan nya penelitian yaitu  bertujuan untuk mendiagnosis kesalahpahaman siswa SMA tentang gaya dan hukum gerak menggunakan CDA dan membandingkan perbedaan proporsional siswa dari jenis kelamin dan tingkat kelas yang memiliki kesalahpahaman tentang setiap atribut gaya dan hukum gerak. Temuan menunjukkan bahwa persentase peserta yang memiliki kesalahpahaman tinggi untuk keenam atribut yaitu  (1) gaya resultan, (2) hukum gerak Newton pertama, (3) hukum gerak Newton kedua, (4) hukum gerak Newton ketiga, (5) gaya gesek, dan (6) gaya gravitasi. Hanya terdapat perbedaan signifikan dalam proporsi siswa laki-laki dan perempuan yang memiliki kesalahpahaman tentang gaya resultan. Selain itu, hanya terdapat perbedaan signifikan dalam proporsi siswa dari tingkat kelas yang berbeda yang memiliki kesalahpahaman tentang gaya resultan dan hukum gerak Newton kedua. Temuan menunjukkan bahwa siswa SMA laki-laki dan perempuan memiliki kesalahpahaman yang serupa. Selain itu, peserta masih mempertahankan kesalahpahaman tersebut bahkan setelah konsep tersebut diajarkan kepada mereka. Hal ini menunjukkan bahwa peserta dari setiap tingkat kelas menunjukkan kesalahpahaman yang serupa, seperti tercermin dari persentase tinggi pameran kesalahpahaman.

NOVELTY

Penelitian di dalam artikel mencakup pembandingan proporsi siswa dari jenis kelamin dan tingkat yang berbeda yang memiliki kesalahpahaman tentang setiap atribut gaya dan hukum gerak, memberikan wawasan baru tentang efek latar belakang siswa terhadap kesalahpahaman mereka serta penggunaan model evaluasi diagnostik kognitif (CDA) untuk menganalisis respons siswa dalam mengidentifikasi kesalahpahaman mereka tentang gaya dan hukum gerak. Dalam konteks ini, CDA digunakan untuk memberikan informasi diagnostik yang lebih rinci tentang kesalahan pemahaman siswa, yang dapat menjadi panduan yang berharga bagi pengajaran dan pembelajaran. 



Share:

Minggu, 24 Maret 2024

MATERI : ASESMEN PENGUASAAN KONSEP FISIKA

 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh teman2, pada kali ini kita akan mempelajri asesmen penguasaan konsep fisika, Yuk belajar bersama

Makalah

File Presentasi

Video Presentasi

Cek Plagiasi

Semoga Bermanfaat, Terimakasih

Share:

Jumat, 22 Maret 2024

ESAI KECIL : PERFORMANCE ASSESSMENT

 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh 

Pada kali ini kita akan mempelajari langkah-langkah dari performance assessment, apa saja kah itu?
Mari kita simak di bawah ini



Share:

Rabu, 13 Maret 2024

ANALISIS ARTIKEL : PERFORMANCE ASSESSMENT

 Judul Artikel : Development of performance assessment instrument based contextual learning for measuring students laboratory skills

Link Artikel : https://drive.google.com/file/d/147jvpb_90YQKxtdP3SO3xPt9M70BCGt3/view?usp=sharing

ANALISIS ARTIKEL 

Latar Belakang

Hal yang melatarbelakangi penelitian di dalam artikel ini adalah tentang kekurangan ataupun kelemahan  dalam penilaian keterampilan laboratorium, di mana saat ini belum ada pedoman yang spesifik dalam melakukan penilaian. Selain itu, penilaian individu terhadap siswa selama mereka melakukan praktikum laboratorium juga belum teramati dan diukur dengan baik. Sebagai alternatif, penilaian kinerja atau performance assessment dapat digunakan untuk mengukur keterampilan laboratorium siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah instrumen penilaian kinerja yang dihasilkan dari penelitian tersebut dapat digunakan untuk menilai keterampilan dasar laboratorium siswa. Dengan kata lain, penelitian di dalam artikel ini bertujuan untuk memperbaiki cara penilaian keterampilan laboratorium siswa

Metode

Penelitian di dalam artikel ini dilakukan di SMK Kesehatan Bina Mandiri dan SMK Avicenna Lasem. Penelitian ini menggunakan Metode Penelitian dan Pengembangan (R&D). Penelitian pengembangan tidak menggunakan populasi umum, tetapi hanya menggunakan subjek terbatas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas farmasi tahun ajaran 2015/2016. Sekolah yang dimaksud untuk menguji kelas kecil, skala besar untuk implementasi instrumen penilaian kinerja yang dikembangkan. Subjek penelitian pada pengujian skala kecil berjumlah sepuluh siswa. Subjek penelitian pada pengujian skala besar berjumlah 26 siswa dan subjek penelitian pada implementasi berjumlah 29 siswa. Penelitian di dalam artikel ini menggunakan metode penelitian R&D yaitu memiliki tiga tahapan pengembangan yang meliputi mendefinisikan (define) , merancang (design), dan mengembangkan (develope).

Hasil dan Kesimpulan

Hasil umpan balik dari guru dan pengamat terhadap penilaian kinerja yang dikembangkan menunjukkan bahwa pengguna harus memberikan penilaian dalam kategori praktis hingga sangat praktis dengan rentang skor antara 42-53. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa instrumen yang dikembangkan secara umum memiliki tingkat kualifikasi praktis. Hasil ini konsisten dengan penelitian Haksani [10] di mana alat yang dikembangkan mendapatkan tanggapan positif dari pengguna melalui respons kuesioner, sehingga alat yang dikembangkan dinyatakan praktis. Kegiatan penilaian di laboratorium dapat membantu guru untuk menentukan keterampilan laboratorium siswa. Penilaian otentik dimaksudkan untuk mengukur keterampilan laboratorium siswa dengan situasi yang sebenarnya. Penilaian otentik dapat dilakukan dalam berbagai cara baik dengan menggunakan penilaian kinerja. Implementasi menggunakan penilaian kinerja dapat dilakukan selama bekerja di laboratorium farmasi untuk mengukur keterampilan laboratorium siswa. Instrumen penilaian kinerja yang diarahkan selama proses kerja laboratorium yang saat ini sedang diamati, menganalisis, menginterpretasi data, dan terakumulasi selama proses kerja laboratorium. Materi yang diperoleh siswa selama pembelajaran materi farmasi dapat digunakan dalam kehidupan sosial.

Hasil pengembangan telah meningkatkan tugas guru saat praktikum dilakukan. Guru harus menjelaskan materi dan mengamati semua siswa untuk menilai keterampilan laboratorium mereka. Hambatan ini dapat diatasi dengan teknik penilaian pendamping, penilaian diri oleh rekan siswa juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini. Instrumen penilaian kinerja juga masih perlu dikembangkan dengan kreativitas dan kebutuhan, sehingga guru dapat dengan mudah mencatat kemampuan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.



Share:

Sabtu, 09 Maret 2024

ESAI KECIL : TES DIAGNOSTIK MISKONSEPSI

 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Bagaiamana Rekan2, Semoga sehat selalu

Pada kali ini kita akan mempelajari tentang tes diagnostik miskonsepsi




Share:

Minggu, 03 Maret 2024

ESAI KECIL : TES BEBANTUAN KOMPUTER

 Assalamu'alaikum rekan", pada kali ini kita akan mempelajari tentang berbantuan komputer, apakah itu??

Yuk kita pelajari pada poster di bawah ini




Share:

Kamis, 29 Februari 2024

ANALISIS ARTIKEL : TES DIAGNOSTIK MISKONSEPSI

 Judul Artikel    : Identification of   Physics   Misconceptions   Using   Five-tier Diagnostic Test: Newton’s Law of Gravitation Context



ANALISIS ARTIKEL

Latar Belakang
    Pemahaman siswa terhadap beberapa topik fisika masih rendah. Para guru hanya berfokus pada penyelesaian target kurikulum tanpa mempertimbangkan pemahaman siswa dan sebagian besar dari mereka memiliki miskonsepsi. Banyak miskonsepsi yang terjadi dalam pembelajaran fisika, termasuk dalam hukum gravitasi Newton. Sebagian siswa menganggap bahwa gaya gravitasi sama dengan percepatan gravitasi. Selanjutnya, berdasarkan observasi yang dilakukan di salah satu SMA di Sumatera Barat mengenai pelaksanaan pembelajaran fisika pada materi hukum gravitasi Newton, guru sudah menggunakan pendekatan saintifik, namun pada saat tanya jawab konsep fisika dan evaluasi ulangan harian beberapa siswa mengalami miskonsepsi.  Hasil wawancara dengan guru, beberapa siswa mungkin mengalami kesalahan konsep namun guru belum mengidentifikasi masalahnya secara detail. Nilai rata-rata ulangan harian siswa pada materi hukum gravitasi Newton adalah 39,5 yang lebih rendah dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75.  Salah satu penyebab awal rendahnya hasil belajar siswa adalah karena adanya miskonsepsi
    Oleh karena itu, penelitian di dalam artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa tentang konsep fisika menggunakan tes diagnostik lima tingkat.

Metode
Penelitian di dalam artikel ini menggunakan metode kuantitatif-deskriptif dengan jenis penelitian non-eksperimental, yaitu bentuk penelitian yang subjeknya tidak diberi perlakuan. Subjek dalam penelitian di dalam artikel  ini adalah 18 siswa di salah satu SMA di Sumatera Barat. Instrumen yang digunakan  telah divalidasi oleh para ahli, yaitu 97% pertanyaan dalam kategori sangat baik. Instrumen tersebut digunakan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai miskonsepsi siswa pada materi hukum gravitasi Newton.  Sebanyak 17 pertanyaan dalam materi ini dibagikan kepada siswa

Hasil dan Kesimpulan
    Di dalam artikel ini tes diagnostik lima tingkat terdiri dari 17 pertanyaan dalam materi hukum gravitasi Newton. Materi ini dibagi menjadi empat sub-konsep, yaitu gaya gravitasi antar partikel, pengaruh medan gravitasi terhadap percepatan gravitasi dan potensial gravitasi, hukum-hukum Kepler, dan percepatan gerak satelit. Sub konsep pertama terdapat pada soal nomor 1 sampai 7, sub konsep kedua terdapat pada soal nomor 8 sampai 12, sub konsep ketiga terdapat pada soal nomor 13 sampai 16, dan sub konsep keempat terdapat pada soal nomor 17. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel di bawah ini
    Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa memiliki miskonsepsi sebagai berikut: tarikan gravitasi hanya disebabkan oleh planet; tidak ada gaya gravitasi di ruang angkasa, dan arah gaya gravitasi ditentukan oleh arah tarikan gravitasi oleh beberapa benda; dua benda memiliki kekuatan gaya gravitasi yang berbeda; semua planet berputar mengelilingi satu sama lain, orbit tata surya berbentuk lingkaran sempurna, bentuk bumi adalah bulat, dan kekuatan medan gravitasi dipengaruhi oleh massa benda. Kesimpulannya, persentase miskonsepsi tertinggi terjadi pada pengaruh kuat medan gravitasi, yaitu sebesar 23%.
   Jadi kesimpulan di dalam artikel ini menyatakan bahwa instrumen tes diagnostik lima tingkat yang dikembangkan mampu mengidentifikasi miskonsepsi fisika siswa dan membantu guru dalam mendiagnosis pemahaman konsep fisika siswa.

NOVELTY
Kebaruan di dalam artikel ini dinyatakan oleh peneliti bahwasanya guru yang jarang memberikan tes diagnostik untuk mendeteksi miskonsepsi siswa. Mereka biasanya menggunakan pilihan ganda tanpa memperhatikan pemahaman konseptual siswa terkait topik yang diberikan. Oleh karena itu, salah satu instrumen yang dapat digunakan guru untuk mengidentifikasi miskonsepsi ini adalah tes diagnostik  lima tingkat dengan soal pilihan ganda 



Share:

Sabtu, 24 Februari 2024

ESAI KECIL : INSTRUMEN TES

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Pada kali ini kita akan mempelajari tentang instrumen tes, bagaimana sih ciri-ciri instrumen tes yang baik
Mari kita pelajari



Share:

Rabu, 21 Februari 2024

ANALISIS ARTIKEL : TES BERBANTUAN KOMPUTER

 Judul Artikel : Design of Computer-Based Testing for Higherorder Thinking Skills on Static Fluid Material

Link Artikel : https://drive.google.com/file/d/1aWbwpLxleqNWNA-q3N3qq5XQZjCwOsFM/view?usp=sharing

ANALISIS ARTIKEL

    Tujuan dari penelitian di dalam artikel ini adalah untuk mengembangkan model desain Computer Based Test (CBT) yang cocok untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) siswa pada materi fluida statis. Pengembangan CBT-HOTS dijadikan sebagai praktik (drill) yang diharapkan mampu membiasakan siswa dalam mengerjakan soal berbasis komputer. Desain penelitian ini berpedoman pada model pengembangan pembelajaran ADDIE dengan 5 tahap pengembangan, yaitu: tahap analisis, tahap perancangan produk awal, tahap pengembangan, produk tahap implementasi, dan tahap evaluasi produk (evaluation). 

    Berdasarkan analisis kebutuhan yang disebarkan kepada 12 orang guru di Provinsi Lampung, diperoleh data bahwa 100% guru setuju CBT dapat diterapkan dalam mengevaluasi pembelajaran untuk meminimalisir kecurangan siswa (kecurangan) dan mengoptimalkan waktu dalam mengoreksi dan memantau pemahaman siswa terhadap suatu Teori. . Namun, hanya 14% sekolah yang menggunakan tes berbasis komputer sebagai latihan. Responden menyatakan bahwa penggunaan CBT hanya untuk UN atau sebagai penilaian pembelajaran sehingga banyak siswa yang belum terbiasa dengan tes menggunakan komputer. Kemudian, tidak sedikit pula guru yang menyatakan bahwa soal HOTS belum diterapkan di sekolahnya karena kurangnya pemahaman guru terhadap soal HOTS. Jenis soal yang sering diterapkan guru adalah soal pilihan ganda dan tipe jawaban ganda

        Desain CBT-HOTS di dalam artikel ini adalah sebagai berikut



    Desain tersebut terdiri dari setting kuis, setting soal, desain waktu, dan desain beberapa jenis soal yang digunakan untuk menstimulasi HOTS siswa pada materi fluida statis. Pada pengaturan kuis, kita dapat mengatur tampilan pertanyaan dan mengirimkan jawaban pertanyaan. Soal akan disusun sedemikian rupa sehingga muncul secara acak dan pengajuan jawaban diperbolehkan setelah semua soal dikerjakan. Selanjutnya merancang pengaturan pertanyaan untuk mengatur umpan balik dan menentukan bobot setiap pertanyaan. Umpan balik akan diberikan setelah seluruh soal dikerjakan dan bobot penilaian ditetapkan berdasarkan tingkat kesulitan soal. Kemudian tampilan desain waktu menunjukkan sisa waktu dan jenis soal yang digunakan pada desain CBT-HOTS yaitu isian blanko, pencocokan, dan urutan pada item fluida statik. Stimulus yang digunakan pada item fluida statis berupa video, gambar bergerak dan gambar statis yang disusun berdasarkan dimensi pengetahuan seperti pengetahuan konseptual, pengetahuan faktual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif.

Kesimpulan dari hasil penelitian dalam artikel ini adalah rancangan model CBT tersebut cocok untuk merangsang HOTS siswa sesuai kebutuhan di lapangan. Desain itu yang dikembangkan meliputi desain ilustrasi soal, desain setting kuis, desain setting bertanya, dan desain stimulus untuk beberapa jenis pertanyaan yaitu mengisi bagian yang kosong, mencocokkan, dan berurutan.

Share:

Selasa, 20 Februari 2024

ANALISIS ARTIKEL : INSTRUMENT TEST

 Judul Artikel  : Developing Instruments to Measure Physics Problem Solving Ability and Nationalism of High School Student

Link Artikel : https://drive.google.com/file/d/1hXxtvd5zk67lupu4BDFIw6fLCrcd3LEF/view?usp=sharing


Analisis Artikel :

Tujuan di dalam artikel ini adalah untuk menghasilkan instrumen yang layak untuk diukur kemampuan memecahkan masalah fisika dan nasionalisme, dan  menentukan kualitas dari instrumen yang telah dikembangkan. Penelitian ini di dalam artikel ini dilakukan melalui empat tahapan, yaitu perancangan, persiapan tes, uji coba, dan persiapan instrumen yang valid. Instrumen yang dikembangkan adalah kemampuan pemecahan masalah fisika  instrumen tes terdiri dari 10 soal esai angka dan nasionalisme Kuesioner terdiri dari 35 item yang disusun dalam bentuk skala likert. 

    Penelitian dalam artikel ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif yang diberikan oleh delapan validator (ahli, guru fisika, dan peer reviewer), dan analisis validasi empiris. Validasi isi menunjukkan bahwa instrumen yang dikembangkan sudah valid kategori dengan nilai validitas 1,00 untuk setiap item pada kedua instrumen dikembangkan. Validasi empiris melibatkan 250 siswa SMA yang dipilih secara acak

Kesimpulan penelitian dalam artikel ini adalah: 

  1. Instrumen yang dikembangkan sudah valid kategori berdasarkan penilaian kualitatif dan kuantitatif dengan nilai validitas 1,00 in setiap item diukur. Oleh karena itu, layak untuk digunakan dalam pengujian. 
  2. Instrumen dikembangkan sesuai dengan Partial Credit Model (PCM). 
  3. Kedua instrumen yang dikembangkan dapat diandalkan 
  4. Instrumen mempunyai kriteria baik yang berarti dapat diterima untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah
Novelty :

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, masing-masing variabel dikembangkan secara terpisah, keduanya nasionalisme dan kemampuan memecahkan masalah. Hal ini juga berlaku untuk pengembangan instrumen evaluasi yang hanya mengukur nasionalisme atau kemampuan menghadapi masalah penyelesaian dalam satu proses pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian di dalam artikel ini mencoba menggabungkan beberapa hal penelitian sebelumnya untuk melihat implementasinya (kedua instrumen) dalam satu pembelajaran fisika proses. Oleh karena itu, di dalam artikel ini, peneliti mengembangkan instrumen yang valid untuk mengukur kemampuan soal pemecahan masalah dan sikap nasionalisme dalam proses pembelajaran fisika secara bersamaan
Share:

Sabtu, 17 Februari 2024

ESAI KECIL : AUTHENTIC ASSESSMENT

 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh teman2, pada kali ini kita akan mempelajari tentang Authentic Assessment (Penilaian Autentik), Apa sih perbedaan Penilaian Autentik dan Non Autentik??

Mari simak di bawah ini 😀



Share:

Minggu, 11 Februari 2024

REVIEW ARTIKEL : Authentic Assessment


 Judul Artikel    : PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TENTANG KONSEP DAN PRAKTIK PENILAIAN AUTENTIK DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA

Link Artikel      :  https://drive.google.com/file/d/1kj-mYhdeHd8JmAnFvfFxt8uogvYSzYS5/view?usp=sharing   


ANALISIS ARTIKEL :

Hal melatarbelakangi masalah di dalam artikel ini dikarenakan pentingnya untuk menciptakan dan memahami penilaian autentik beserta dengan praktiknya, untuk memberikan akomodasi perkembangan pembelajaran yang lebih baik tehadap peserta didik, sehingga dengan konsep pembelajaran merdeka tersebut peserta didik dimungkinkan terpenuhi minat, bakat dan potensi yang dimilikinya tanpa terisolasi secara individual.Penilaian  autentik  menghendaki  untuk  membuat  pola  penilaian  yang  komprehensif, sehingga  dalam  pelaksanaannya  seorang  pendidik  tidak  hanya  berfokus  terhadap  perkembangan kognitif semata, akan tetapi bagaimana menganalisis perkembangan sikap dan keterampilan yang melekat  dalam  diri  peserta  didik, serta pentingnya untuk menganalisis dan memahami bagaimana kompetensi pedagogik guru dalam proses pembelajaran, sehingga dengan kemampuan tersebut guru mampu untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik. Adapun keberadaan kurikulum merdeka harus dijadikan sebagai alat bagi para guru, untuk mampu mendesain dan memformulasikan penilaian autentik terhadap proses, hasil dan evaluasi peserta didik. Oleh karena itu, peneliti di dalam artikel ini  mengangkat masalah ini dalam pengabdian kepada masyarakat di Kabupaten Kuningan Jawa Barat, dengan adanya pengabdian ini dimungkinkan menjadi bahan reflektif, evaluatif dan solustif bagi kemajuan pendidikan masa depan. Dengan demikian, akan menjadi tepat sasaran apabila pengabdian ini difokuskan untuk peningkatan kompetensi pedagogik guru tentang konsep dan praktik dalam implementasi kurikulum merdeka.

Metode yang digunakan di dalam artikel ini adalah workshop secara daring dan pendampingan secara luring dalam memahami konsep dan praktik penilaian autentik yang diperuntukkan bagi guru-guru di daerah pengabdian masyarakat yang ditetapkan. Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:

  1. Penyampaian materi secara daring tentang konsep penilaian autentik yang meliputi tujuan, karakteristik, prinsip penilaian autentik, model instrumen penilaian dan pengembangan rubriknya. Kegiatan dilakukan secara daring, mengingat khalayak sasaran adalah guru-guru di SD dan SMP di wilayah sasaran.
  2. Penugasan penyusunan instrumen penilaian autentik pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor untuk evaluasi formatif dan sumatif. Kegiatan ini dilakukan secara daring agar tidak mengganggu proses belajar mengajar yang dilakukan guru.
  3. Pendampingan (workshop), pengamatan langsung di lapangan dan evaluasi hasil yangdilakukan bersama tim pengabdian kepada masyarakat untuk menilai daya serap dan semangat peserta selama kegiatan berlangsung. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan mereka dalam menyerap materi yang disampaikan. Kegiatan ini dilakukan secara tatap muka langsung di lokasi khalayak sasaran.

Dalam kegiatan di dalam artikel ini bagian "Penugasan Penyusunan Instrumen Penilaian Autentik" yang dilakukan secara daring diperoleh bahwa pemahaman tentang penilaian autentiknya mencapai 29,39%, penyusunan indikator/kisi-kisi penilaian autentik mencapai 22.05% dan penyusunan rubrik soal autentik mencapai 26,12%, sehingga dengan mendasarkan kriteria dan perhitungan SPSS guru di Kabupaten Kuningan telah memahami dan menggunakan proses penilaian autentik dengan baik. 

Dengan mengacu terhadap hasil pengabdian yang dilakukan terhadap guru-guru di Kabupaten Kuningan, menunjukan guru telah memahami dan menguasai bagaimana konsep penilaian autentik. Adapun dalam praktek penyusunannya, guru memiliki skala nilai tinggi, bukti tersebut ditunjukan melalui hasil instrumen kuesioner yang dibuat oleh tim pengabdian. Dengan demikian, dimana hasil tersebut dalam konteks pemahaman penilaian autentik guru memiliki skor 29,39%, penyusunan indikator/kisi-kisi penilaian autentik 22,05% dan penyusunan rubrik soal autentik 26,12%. Oleh karena itu, nilai itu di dapatkan berdasarkan hasil kriteria yang telah disusun oleh tim pengabdian yang dilakukan di Kabupaten Kuningan.

Oleh karena itu kesimpulan di dalam artikel ini adalah pengabdian terhadap guru di Kabupaten Kuningan ditanggapi secara antusias, karena dengan adanya kegiatan pengabdian ini guru-guru menjadi terlatih dan menambah wawasan dalam dirinya khususnya, umumnya berguna bagi kemaslahatan dunia pendidikan, sehingga guru mampu untuk mengembangkan kreatifitas dirinya dalam mengembangkan berbagai bentuk penilaian autentik.

NOVELTY

Novelty di dalam artikel ini berupa metode yang dilaksanakan yaitu metode berbasis pada pemahaman konsep dan praktik langsung, dengan memakai metode workshop secara daring dan pendampingan secara luring dalam memahami konsep dan praktik penilaian autentik yang diperuntukkan bagi guru-guru di daerah pengabdian masyarakat yang ditetapkan.



Share:

Labels

Blogger templates